Essay Ranitidin

 Ranitidin adalah obat dalam golongan yang disebut H2 (histamine-2) blockers. Obat ini berfungsi menurunkan produksi asam lambung dan mengatasi permasalahan perut, usus, dan pencernaan. 

Ranitidin memiliki banyak merek dagang. Izin peredaran obat ini sudah disetujui oleh BPOM sejak tahun 1989. Berbagai jenis obat ranitidin ada dalam bentuk beragam, mulai dari sirup, tablet, hingga cairan injeksi.

Selain itu, umumnya ranitidin dikonsumsi hanya untuk jangka pendek saja. Saat gejala asam lambung atau masalah perut datang, penderita bisa meredakan nyeri dan mencegah masalah lambung muncul untuk sementara. 

Pembelian ranitidine cukup mudah karena tersedia bebas di apotek untuk versi obat generik. Namun untuk masalah serius, biasanya obat sakit lambung harus dibeli berdasarkan resep dokter.

Apa Perbedaan Ranitidin di Apotek dengan Ranitidin yang Harus Diresepkan Dokter?

Obat ranitidin generik yang dijual bebas bisa untuk mencegah dan meredakan heartburn atau naiknya gas asam lambung di kerongkongan. Rasa panas, sesak di bagian dada, dan mual menjalar naik dari lambung ke bagian esofagus, merupakan gejala-gejala yang umumnya dirasakan penderita.

Sementara ranitidin yang diresepkan dokter umumnya untuk mengatasi masalah lambung yang lebih serius. Misalnya, GERD, tukak lambung atau tukak usus, sindrom Zollinger-Ellison. 

Pemberian resep dokter juga perlu untuk pasien berusia di bawah 16 tahun, anak-anak, dan orang dengan penyakit seperti pneumonia maupun sakit ginjal. Dosis untuk anak-anak pada resep ditulis oleh dokter yang merujuk pada usia atau berat badan anak agar efek ranitidin bisa bekerja dengan tepat.

Penggunan ranitidin perlu dihindari oleh orang yang mengalami masalah kesehatan berikut ini:

• Alergi ranitidin

• Memiliki penyakit ginjal

• Sakit liver

• Sakit porphyria 

Kegunaan dan Manfaat Ranitidin 

Beberapa masalah lambung dan usus bisa diatasi dengan Ranitidin. Termasuk pencegahan dan pengobatan tukak lambung, heartburn (naiknya asam lambung ke kerongkongan), gastroesophageal reflux disease (GERD) dan kondisi di mana lambung menghasilkan asam dalam jumlah yang terlalu banyak. Dalam kasus penyakit langka seperti tumor pankreas atau penyakit sindrom Zollinger-Ellison, kadang ranitidin juga diresepkan sebagai obat.

Dosis minum ranitidin umumnya 2 kali dalam sehari. Pemakaian hanya jika muncul gejala-gejala asam lambung. Ranitidin bisa diminum dalam kondisi sudah makan  atau tanpa makanan (perut kosong). 

Efek Samping Ranitidin 

Ranitidin termasuk obat yang cukup aman. Karena efek sampingnya sangat sedikit. Bahkan kasus efek samping ranitidin terbilang kecil.

Beberapa gejala efek samping yang kemungkinan muncul pada sebagian kecil orang adalah:

• Pusing 

• Mual-mual

• Mengantuk

• Jantung berdebar

• Sembelit

• Sakit perut

7 Fakta Ranitidin yang Beredar di Indonesia

• Ranitidin adalah salah satu golongan obat H2 blocker yang biasa mencegah dan mengobati asam lambung, heartburn, GERD, tukak lambung dan tukak usus. 

• BPOM telah menyetujui produksi dan distribusi obat asam lambung ini sejak 1989. Dijual bebas dalam bentuk tablet, cairan injeksi dan sirup untuk anak maupun dewasa. Terdapat ranitidin versi resep dokter dan versi obat generik.

• BPOM masih melakukan uji riset dan risiko untuk semua produk yang mengandung ranitidin. Beberapa sampel obat ini sedang diteliti untuk mengetahui apakah terdapat cemaran NDMA atau tidak. Sebagian sampel obat ranitidin yang diteliti BPOM terbukti mengandung NDMA yang melebihi nilai ambang batas berdasarkan rilis FDA.

• Dampak penemuan ini adalah BPOM memerintahkan beberapa produsen merek obat ranitidin menghentikan proses produksi, menghentikan peredaran, dan menarik stok batch ranitidin yang telanjur beredar. BPOM hingga kini masih melakukan sidak di apotek-apotek untuk meninjau perintah penarikan ranitidin ini.

• Perusahaan Farmasi yang memproduksi dan mendapat izin edar BPOM juga perlu melakukan uji cemaran NDMA secara mandiri. Hasilnya jika terbukti ada cemaran NDMA melebihi ambang batas aman, maka harus bersedia menarik produknya dari peredaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan mutu standar obat yang sesuai keamanan. 

• Meski FDA, BPOM, dan badan lain yang berwenang melakukan penelitian lebih dalam terkait ranitidin. FDA dan BPOM sendiri tidak menyuruh pengguna obat untuk berhenti minum obat ranitidin.

• Ranitidin yang tidak ditarik peredarannya masih dalam keadaan aman dikonsumsi. Namun demikian, kamu perlu berkonsultasi kepada dokter untuk menanyakan hal ini lebih lanjut. Termasuk solusi apa yang harus diambil, jika ingin ganti obat lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan dan Peluang mahasiswa dalam revolusi industri 4.0 dan society 5.0

Sosialisasi Learning Management System dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk Kesiapan Pendidikan Berbasis Digital di Unusa

Digital portofolio unduk generasi Rahmatan lil alamin Unusa